Jumat, 28 September 2007

पेंदिदिकन

“Gejala Malas membaca”

Herkulanus Agus

Menulis dan membaca hampir tidak dapat dipisahkan, ada hubungan pertautan yang penting di antara keduanya. Untuk bisa menulis buku orang harus rajin membaca, terutama buku-buku referensi.
Sekarang ini banyak kalangan yang cemas dengan gejala-gejala “malas membaca”. Padahal lewat membaca, buku ilmu pengetahuan, koran, majalah, pengetahuan bisa bertambah. Wawasan menjadi luas. Untuk mengetahui perbedaan antar negara tidak mesti keliling dunia. Asal rajin membaca, di buku sudah ada semuanya.
“Guru pandai sehari lebih dulu,” ungkap Gulwadi Ilis guru SMPN 4 Sungai Ambawang.
Karena pengetahuan dapat diperoleh dari membaca buku, baik referensi maupun non referensi.
Menurutnya jika ingin tahu tentang semua ilmu harus belajar, terlebih dengan rajin membaca.
Tantowi Yahya dalam Talk Show pengembangan minat baca Nasional di Pontianak Convention Center (PCC), Minggu (13/5) lalu memberikan apresiasi tentang membaca.
Menurutnya orang sukses berkat kebiasaan membaca. Bahkan di Eropa atau Amerika begitu terkenal pendapat, “Many a great man start a newspaper boy.” (Banyak orang-orang besar yang bermula dari dagang koran).
Tantowi yang terkenal sebagai pemandu kuis Who Wants To Be Millionaire. Berpendapat, hanya dua orang yang mampu menembus bonus Rp 500 juta.
“Satu seorang pengasuh pondok pesantren dan satu orang lagi seorang loper koran,” terangnya.
Dijelaskan orang yang memiliki gelar dan titel tinggi justru ‘memble’ ketika berlaga di kuis yang mengandalkan pengetahuan.
Kepala Sekolah SMA Santo Paulus Yusepha, dalam ultah sekolah, mengkritisi situasi dan kondisi Perpustakaan sekolah yang jarang dikunjungi siswa. Perpustakaan itu bisa menampung 70 pembaca. Namun pengunjungnya sangat kurang.
“Seandainya pun ada bisa dihitung dengan jari,” ungkap Yusepha dengan jujur.
Agar siswa bisa bersemangat datang ke SMA Santo Paulus Pontianak. Pihak sekolah juga sudah mengadakan hot spot internet yang bisa di akses di areal perpustakaan.
“Tetapi baru beberapa siswa saja yang menggunakannya,” tambah Yusepha.
Menurut Bruder Gerardus, MTB, persoalan yang sama hampir sama dialami sekolah-sekolah.
“Sekarang kita mempunyai tanggung jawab untuk membangkitkan semuanya,” ungkapnya.

Tidak ada komentar: